Kamis, 16 Oktober 2014

LAPORAN KKL

DIVISI CHLOROPHYTA

DI KONDANG MERAK

Dosen Pengampu :

Ainun Ni’mati Laily M.Si

Drs. Sulisetjono, M.Si



Disusun Oleh :



Aris Abdul Halim (13620011)

Roudlotul Jannnah (13620022)

Nia Rahmi Setyowati (13620023)

Wafiatun Amalia (13620026)

Husnun Nadhiroh (13620029)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

BAB I

    PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna. Salah satu macam dari flora yaitu tumbuhan tingkat rendah, yang mana tumbuhan ini masih berbentuk talus artinya tidak dapat dibedakan antara akar,batang, dan daun, contoh dari tumbuhan ini yaitu alga atau yang biasa disebut ganggang.

Gangang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, yang masih bisa terkena cahaya matahari. Alga atau ganggang butuh cahaya matahari agar dapat melakukan fotosistesis, karena ganggang memiliki klorofil yang menjadikan mereka bersifat autotrof atau dapat menghasilkan makanan sendiri sebagaimana tumbuhan hijau yang termasuk dalam tumbuhan tingkat tinggi. Alga sendiri memiliki beberapa pembagian lagi berdasarkan pigmen yang dikandungnya.

Menurut Indah (2009), ganggang merupakan tumbuhan bertalus, yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, habitatnya di air tawar, air laut,dan daerah – daerah yang lembab.Sebuhungan dengan adanya klorofil pada ganggang. Para ahli tumbuh-tumbuhan menemukan bahwa klorofil merupakan produsen tunggal dimuka bumi yang memproduksi makanan.Yaitu sebuah istilah bagi kloroplas yang merubah energi matahari, karbondioksida, dan air menjadi makanan bagi manusia dan binatang. Oleh sebab itu ia disebut klorofil. Produsen ini ada pada setiap daun, Lalu siapakah yang menumbuhkan tanaman? Dia-lah Allah SWT. Allah SWT berfirman.

Artinya:”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; ” (Al-An’am:99).

Sehingga diadakan kuliah kerja lapangan yang dapat menjadikan para mahasiswa dapat mengetahui habitat sesungguhnya dari tumbuhan alga secara langsung, selain itu juga dapat mengetahui spesies apa saja yang dapat ditemukan di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana organisasi talus, morfologi dan siklus hidup / reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui organisasi talus, morfologi dan siklus hidup / reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.



1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh setelah dilaksanakan kuliah kerja lapangan, meliputi:

1.      Mengetahui morfologi serta klasifikasi dari masing-masing spesies alga

2.      Mengetahui nama serta ciri-ciri dari alga atau ganggang yang telah ditemukan

3.      Mengetahui habitat dari alga atau ganggang secara langsung

4.      Mengetahui divisi dari masing-masing alga atau ganggang yang telah ditemukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pantai Kondang Merak

Pantai Kondang Merak terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang bahkan masyarakat Malang yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak di bagian selatan Kabupaten Malang ini. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang Selatan dan 112° 31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak terdiri dari dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau pegunungan luasnya diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindung, selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang memiliki organisme yang beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan mangrove. Faktor-faktor Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang Merak meliputi suhu, arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).

Kondisi ekologi daerah pasang surut Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH air rata-rata 5,6, sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan, termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008). dan menurut Hayati (2009) Pantai kondang Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.

2.2 Chlorophyta

Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat eukariotin (materi inti dibungkus oleh membran inti), pigmen korofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah Karoten dan Xantofil. Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung. Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas batang pohon, dan di laut (Hasnunida, 2007).

Kelompok organisme yang besar ini disebut alga hijau, terutama terdiri dari spesies-spesies air tawar. Sebagian ganggang hijau mengandung satu kloroplas yang berisikan pusat-pusat pembentukan pati yang dinamakan pirenoid. Alga hijau (green Algae) dinamai berdasarkan kloroplasnya yang berwarna hijau rumput itu yang sangat mirip dengan kloroplas dari organisme yang secara tradisional kita sebut tumbuhan dalam hal ultrastruktur dan komposisi pigmennya. (Nontji, 2008).

Lebih dari 7000 spesies alga hijau telah diidentifikasi. Sebagian besar diantaranya hidup di air tawar, akan tetapi ada juga yang merupakan spesies laut. Berbagai spesies alga hijau uniselular hidup hidup sebagai plankton atau menghuni tanah yang lembab atau salju. Beberapa spesies lainnya hidup secara simbiotik di dalam eukariota lainnya, yang memberikan sebagian produk fotosintesisnya untuk cadangan makanan inangnya. klorophyta merupakan salah satu alga hidup simbiotik dengan fungsi dalam kumpulan mutualistik yang dikenal sebagai lichen atau lumut kerak (Romimohtarto, 2007).

Ganggang hujau berkembang biak dengan membelah. dengan pembentukan zoospora aseksual berflagella, atau secara seksual yaitu isogami dan heterogami. Chlamydomonas dianggap sebagai ganggang yang khas. ganggang hujau ini uniselular, motil, dan tersebar luas di tanah dan di air tawar. Ukurannya berkisar antara 3 sampai 30 μm pada bentuk-bentuk yang umum, dan ganggang ini motil, kecuali selama pembelahan sel. Motilitas tersebut disebabkan olehh adanya dua flagela. Setiap sel mempunyai satu nukleus dan satu kloroplas besar yang berbentuk mangkuk pada kebanyakan spesies. Dinding sel mengandung selulose. Bintik mata merah (stigma) adalah situs persepsi cahaya dan dan mengendalikan respons fototaktik (gerak menuju cahaya) organisme tersebut. Selain  itu terdapat juga vakuola kontraktil yang berguna untuk memaksa kelebihan air keluar dari selnya (Birsyam, 1992).

Pada pembelahan aseksual individu yang berenang bebas menjadi nonmotil karena flagelnya menghilang kemudian menjalani pembelahan protoplas secara membujur sehingga terbentuklah protoplas anak sebanyak dua, empat, atau delapan. sel-sel itu membentuk  dua  flagel  masing-masing  dan  membangun  dinding  sel  baru.  kemudian  di  lepaskan  dari  dinding  sel   induknya  
(Nontji, 2008).

2.2.1 Caulerpa racemosa

Ciri-ciri umum dari Genus Caulerpa menurut Sedjati, (1999):

Thallus utama tumbuh menjalar;

 Ruas batang utama ditumbuhi akar yang menyerupai akar serabut;

Bentuk percabangan seperti bentuk daun yang beragam menyerupai daun tunggal, bundar (anggur, daun pakis, daun kelapa, daun ketela pohon).

Caulerpa racemosa memiliki ciri-ciri khusus yaitu tanaman dapat tumbuh mencapai ketinggian 8,5 cm, cabang yang berdiri memiliki bentuk daun seperti anggur, warna thallus hijau, bentuknya tubular, dan terdapat bintil-bintil kecil, hidup sebagai bentos (melekat pada batu) pada perairan dangkal (Yusniarti, 2013).


Caulerpa remosa adalah salah satu rumput laut hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia. Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat koral atau pada substrat pasir-pecahan karang. Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat dikonsumsi oleh manusia. Di Indonesia Caulerpa racemosa telah dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir (Novaczek.2001).

Caulerpa racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun oleh karena itu sering disebut sebagai anggur laut. Keberadaannya dapat dijumpai di paparan terumbu karang dengan kedalaman hingga 200 m. Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup menancap atau menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen karang, pasir dan lumpur. Pertumbuhannya bersifat epifitik atau saprofitik dan kadang-kadang berasosiasi dengan tumbuhan laut (Atmadja, 1996).

Selain berwarna hijau, ciri khas Caulerpa racemosa diantaranya mempunyai thalus dengan stolon berukuran kurang lebih 5 cm, perakarannya (holdfast) relatif besar dan meruncing seperti paku dengan panjang ramuli mencapai 8 cm. Ramuli merupakan organ cabang atau percabangan dari stolon sebagai organ utama, substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos). Ramuli ini berdiameter antara 2-4 mm. Ramuli timbul pada stolon yang bercabang dan memiliki bulatan-bulatan dengan ujung yang rata dan bertangkai serta tersusun di sekitar dan sepanjang ramuli. Pada masa reproduksi, Caulerpa racemosa akan mengeluarkan substansi berwarna putih seperti susu, namun kemudian akan mati dalam satu atau dua hari. Awalnya Caulerpa racemosa akan kehilangan warnanya, kemudian hancur dan mengotori perairan. Speseis ini sering ditemukan tumbuh pada berbagai substrat dengan sebarnya yang luas ( Atmadja, 1996).

Pemanfaatan Caulerpa racemosa saat ini tidak hanya sebagai makanan saja tapi dapat digunakan sebagai antioksidan. Antioksidan terdapat dalam Caulerpa racemosa dapat melawan radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi kimia dan proses metabolis yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Rohmatussolihat, 2003).



2.2.2 Caulerpa taxifolia

Caulerpa taxifolia adalah salah satu spesies rumput laut yang termasuk dalam divisi chlorophyta karena mengandung kloroplas dengan butir-butir pirenoid ditengahnya. Alga ini berasal dari samudra hindia, alga ini sering dijadkan ornamen dalam akuarium karena alga ini dianggap menarik dan rapi serta mudah untuk diatur tidak seperti ganggang makro lainnya, meskipun alga ini termasuk alga yang sangat invasif (Yusniarti, 2013).

Caulerpa taxifolia memiliki batang yang menyebar secara horizontal tepat di atas dasar laut, yang berbentuk mirip daun pakis atau seperti pada genus taxus. Oleh karena itu alga ini disebut “taxifolia”. Caulerpa taxifolia sering di deskripsikan dengan “daun” nya yang beracun dan berbahaya bagi ikan tapi tidak meracuni air, namun sebuah studi menunjukan adanya penurunan tingkat polusi dan toxisitas dalam tempat dimana Caulerpa taxifolia ini tumbuh (Yusniarti, 2013).

Di dalam akuarium Caulerpa taxifolia hanya bereproduksi secara vegetatif, karena hanya gamet jantan saja yang ditemukan dalam batang. Batang tanaman yang putus akan menjadi individu baru. Sementara tanaman yang berada dalam kondisi alami akan bereproduksi secara seksual yaitu bertemunya gamet jantan dan betina kemudian membentuk zigot yang kemudian masuk tahap larva sebelum menjadi dewasa (Romimohtarto, 2007).

BAB III

METODE PENELITIAN



1.1  Waktu dan Tempat

Pengamatan makroalga dalam rangka kegiatan KKL ( Kuliah Kerja Lapangan ) ini dilakukan dengan pengambilan sampel alga yang dilakukan pada tanggal 11-12 Oktober 2014   di Pantai Kondang Merak yang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

1.2   Alat dan Bahan

1.2.1        Alat

   Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Kamera       1 buah

Penggaris       1 buah

Bolpoin       1 buah

 Kertas        1 buah



1.2.2        Bahan

   Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Referensi Identifikasi Alga    1 buah

Buku Catatan       1 buah

1.3  Cara Kerja

1.3.1        Pengamatan di Pantai Kondang Merak

1.      Diambil sampel alga dari perairan Pantai Kondang Merak

2.      Diamati ciri-ciri morfologisnya pada Choropyta

3.      Dicatat nama spesies hasil pengamatan



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Caulerpa racemosa

Klasifikasi  ( Dodge, 1973 ):

Kingdom: Protista

Divisi: Chlorophyta

Kelas: Chlorophyceae

Ordo :Volvocales

Famili: Volvoceae

Genus: Caulerpa

Spesies: Caulerpa racemosa

  Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, spesies ini merupakan spesies dari kelas Chlorophyceae. Dengan nama spesies Caulerpa racemosa yang memiliki ciri-ciri panjang keseluruhan 11,5 cm dan lebar 7 cm, thallus berwarna hijau, berbentuk bulat kecil, memiliki holdfast dan habitatnya sebagai bentofit yaitu tumbuh melekat pada pasir di dasar perairan dangkal.

  Caulerpa racemosa termasuk ke dalam alga hijau (Chlorophyta). Bentuk tubuh dari spesies ini adalah senositik. Alga ini memiliki bentu tubuh yang sangat spesifik karena menyerupai segerombolan buah anggur yang tumbuh pada tangkainya. Spesies mempunyai cabang utama berupa axis/stolon sehingga dimasukkan sebagai bangsa siphonales (stolon berbentuk seperti pipa). Holdfast yang terdapat menyebar di seluruh axis berfungsi untuk melekat pada substrat. Alga ini terdiri dari banyak spesies yang umumnya banyak dijumpai pada pantai yang memiliki rataan terumbu karang. Spesies ini tumbuh pada substrat karang mati, pasir yang berlumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan terhadap kondisi kering, oleh karena itu tumbuh pada saat surut terendah yang masih tergenang air (Aslan, 1991).

Caulerpa racemosa tumbuh pada bagian tengah sampai bagian bawah zona eutorial dengan subtrat lumpur atau pasir. Tetapi ditemui juga tumbuh soliter pada batuan mati ( Saptasari, 2010).



4.2 Caulerpa taxifolia

 Klasifikasi  ( Dodge, 1973 ):

Kingdom: Protista

Divisi: Chlorophyta

Kelas: Chlorophyceae

Ordo :Volvocales

Famili: Volvoceae

Genus: Caulerpa

Spesies: Caulerpa taxifolia

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, spesies ini merupakan spesies dari kelas Chlorophyceae. Dengan nama spesies Caulerpa taxifolia yang memiliki ciri-ciri talus berwarna hijau bentuknya mirip dengan daun pakis, memiliki holdfast yang menyebar secara horizontal, dan habitatnya sebagai bentofit yaitu tumbuh melekat pada pasir di dasar perairan dangkal.

Secara umum ciri dari Caulerpa adalah keseluruhan tubuhnya terdiri dari satu sel dengan bagian bawah yang menjalar menyerupai stolon dan mempunyai rhizoid sebagai alat pelekat pada subtrat serta bagian yang tegak. Bagian yang tegak disebut asimilator karena mempunyai klorofil. Stolon dan rhizoid bentuknya hampir sama dari jenis ke jenis. Sedangkan asimilator mempunyai bentuk bermacam-macam tergantung jenisnya. Pada umumnya Caulerpa tumbuh di laut dangkal dan di aliran air yang tenang (Talakua, 2011).

Reproduksi seksual belum diketahui, karena hanya gamet jantan saja yang ditemukan dalam batang. Reproduksi vegetatifnya secara fragmentasi (Galil, 2006).

Di dalam akuarium Caulerpa taxifolia hanya bereproduksi secara vegetatif, karena hanya gamet jantan saja yang ditemukan dalam batang. Batang tanaman yang putus akan menjadi individu baru. Sementara tanaman yang berada dalam kondisi alami akan bereproduksi secara seksual yaitu bertemunya gamet jantan dan betina kemudian membentuk zigot yang kemudian masuk tahap larva sebelum menjadi dewasa (Romimohtarto, 2007).



BAB V

PENUTUP



5.1 Kesimpulan

1. Caulerpa racemosa memiliki ciri-ciri panjang keseluruhan 11,5 cm dan lebar 7  cm, thallus berwarna hijau, berbentuk bulat kecil disebut anggur laut, memiliki holdfast dan habitatnya sebagai bentofit yaitu tumbuh melekat pada pasir di dasar perairan dangkal.

2. Caulerpa taxifolia memiliki ciri-ciri talus berwarna hijau bentuknya mirip dengan daun pakis, memiliki holdfast yang menyebar secara horizontal, dan habitatnya sebagai bentofit yaitu tumbuh melekat pada pasir di dasar perairan dangkal. Reproduksi seksual belum diketahui, karena hanya gamet jantan saja yang ditemukan dalam batang. Reproduksi vegetatifnya secara fragmentasi.

5.2 Saran

Diharapkan laporan hasil studi lapangan ini dapat dijadikan bahan acuan untuk mempelajari spesies-spesies makroalga lebih lanjut. Sehingga kritik yang membangun dari pembaca sangat diperlukan agar bisa mengantarkan output yang lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA



Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius

Atmadja PS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut   Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI

Birsyam, Inge. L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung : ITB Bandung

Bold, 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi :   Prentice Hall Of India.

Ciremai. 2008. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia

Hasnunida Neni. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:   UNILA

Hayati, A dan Insan. 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai Kondang Merak   Kabupaten Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan Konggres   PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009

Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember. PGRI jember

Loveless, A.R. 1989.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.   Jakarta: PT Gramedia

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan

Nontji Anugrah. 2008. Plankton Laut. LIPI press. Jakarta

Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang Keanekaragaman Karang Jenis Hermatipik    (Hermatypic Coral) Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang   Propinsi Jawa Timur. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.   Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang

Rahmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. Jurnal Bio   Trends Vol.4. No.1.

Romimohtarto, Kasijan dan Juwana Sri. 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta

Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi Makroalga Jenis    Caulerpa Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El Hayah.    Vol.1 No.2

Sedjati, S. 1999. Makalah Ilmiah : Kadar Proksimat Rumput Laut Caulerpa    racemosa Dan C. serulata Di Perairan Teluk Awur, Jepara. Universitas   Diponegoro : Semarang

Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. UIN Malang: Malang

Yusniarti. 2013. Kandungan Total Fenol Dalam Rumput Laut Caulerpa Racemosa   Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. Universitas Sam Ratulangi





Hanya dapat menulis TITIK

Semuanya sangat sulit dan serba sulit
Maaf untuk yang sakit perasaanya karena aku
Jeogmal Mianne